Senin, 18 Mei 2020

MAKALAH INTERAKSI SOSIAL


 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia diciptakan oleh Tuhan tidak semata-mata untuk berbuat sesuatu sekendaknya sendiri, melainkan dia harus menjalankan segala aktivitas dengan baik dan tidak lupa untuk selalu mengingat Tuhan di mana pun ia berada. Manusia diberi akal dan pikiran. Oleh karena itu, manusia hendaklah berpikir ke depan ketika menghadapi suatu masalah. Tidak lepas dari itu, manusia juga pasti membutuhkan orang lain. Tidak mungkin jika ada seseorang yang bisa bertahan hidup tanpa adanya bantuan dari orang lain. Ketika kita ingin membuat suatu makanan tentunya kita pasti membutuhkan beberapa bahan. Bahan itu tidak bisa dengan sendirinya ada, tetapi ada orang lain yang mengolah bahan tersebut sehingga menjadi sebuah bahan yang praktis dan ekonomis. Dari sanalah kita sebagai makhluk sosial tidak bisa mempertahankan hidup tanpa bantuan orang lain.
Dalam lingkup masyarakat,  

II

Individu dan Masyarakat

A. Pengertian Individu dan Masyarakat

   1. Pengertian Individu

        Menurut Abdul Syani (2002: 25), individu berasal dari Bahasa Yunani yaitu individium yang berarti satuan kecil yang tidak dapat dibagi lagi. Individu juga dapat dikatakan sebagai seorang manusia secara utuh. Utuh di sini diartikan sebagai sifat yang tidak dapat dibagi-bagi, yang merupakan satu kesatuan antara jasmaniah dan rohaniah yang melekat pada diri seseorang. Dan individu merupakan unit terkecil pembentuk masyarakat.
Manusia selaku individu mempunyai tiga naluri, yaitu :
1) Naluri untuk mempertahankan kelangsungan hidup → naluri untuk mempertahankan hidup telah menimbulkan berbagai kebutuhan. Salah satu kebutuhan yang paling mendasar adalah kebutuhan fisiologis, yang terdiri dari makan, minum, dan perlindungan.
2) Naluri untuk mempertahankan kelanjutan kehidupan keturunan → naluri untuk mempertahankan keturunan menuntut adanya kebutuhan dan rasa aman (safety need) baik dari gangguan cuaca yang tidak nyaman, dari binatang liar maupun manusia lain.
3) Naluri ingin tahu dan mencari kepuasan → setiap manusia mempunyai naluri ingin tahu tentang sesuatu yang ada di sekitarnya, baik itu lingkungan alam maupun lingkungan manusia lainnya. Segala perbedaan yang ada mendorong manusia untuk mencari tahu, dan pada akhirnya berusaha untuk mendapatkan keinginan tersebut melaui ilmu pegetahuan dan teknologi.

   2. Pengertian Masyarakat

        Menurut Abdul Syani (1987), secara etimologi masyarakat berasal dari Bahasa Arab syāraka-yusyāriku-musyārakah yang berarti bersama-sama. Kemudian berubah menjadi masyarakat yang berarti sekelompok orang yang hidup bersama, saling berhubungan dan mempengaruhi, saling terikat satu sama lain sehingga melahirkan kebudayaan yang sama. Dalam bahasa Inggris sendiri, masyarakat mempunyai dua padana kata, yaitu society dan community. Masyarakat adalah kelompok manusia atau kelompok individu yang terdiri dari sejumlah keluarga yang bertempat tinggal di suatu tempat (wilayah) tertentu, baik di desa maupun di kota yang telah terjadi interaksi sosial antar anggotanya atau adanya hubungan sosial (social relationship) yang memiliki norma dan nilai tertentu yang harus dipatuhi oleh semua anggotanya dan memiliki tujuan tertentu pula.
        Selo Sumardjan seorang sosiolog Indonesia mengartikan masyarakat sebagai orang-orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Sedangkan menurut Herkovits seorang ahli antropologi mengartikan masyarakat sebagai sekelompok individu yang tersusun mengikuti suatu cara hidup tertentu.  Anderson dan Parker (Astrid Susanto, 1997) menyebutkan secara rinci bahwa masyarakat adalah :
1)      adanya sejumlah orang
2)      tinggal dalam suatu daerah tertentu
3)      mengadakan hubungan satu sama lain
4)      saling terikat satu sama lain karena kepentingan bersama
5)      merupakan satu kesatuan sehingga mereka mempunyai perasaan solidaritas
6)      adanya saling ketergantungan
7)      masyarakat merupakan suatu sistem yang diatur oleh norma-norma atau aturan-aturan tertentu
8)      menghasilkan kebudayaan
        Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa masyarakat merupakan kumpulan-kumpulan individu yang telah cukup lama bergaul mengikuti tata cara yang sama sehingga merupakan satu kesatuan.

B. Struktur, Pranata, dan Proses Sosial Budaya

   1. Struktur Sosial Budaya

         Kata struktur berasal dari bahasa binggris ”structure” yang artinya susunan atau tingkatan dari sesuatu baik organisasi maupun kelompok masyarakat. Kata sosial berasal dari “soocius” yang artinya berkawan. Menurut Koentjaraningrat (1990:172) mengemukakan bahwa struktur sosial merupakan susunan masyarakat dilihat dari berbagai sisi seperti kedudukan, peranannya, tipe masyarakat, sehingga dapat menggambarkan kaitan dari berbagai unsur masyarakat.  Dikenal tiga lapisan masyarakat yaitu lapisan sosial rendah, menengah, dan tinggi.
Terdapat beberapa teori tentang pelapisan sosial sebagai berikut:
·         Teori Fungsionalitas
        Emile Durkheim dalam bukunya “The Division Of Labor in Society” menyatakan bahwa tiap masyarakat memandang aktivitas yang satu lebih penting dari pada yang lainnya.
·         Teori Reputasi atau Teori Nama Baik
        Menurut Wamer bahwa status seseorang ditetapkan oleh pendapat atau pertimbangan orang lain. Dasar pertimbangannya adalah pendapatan, prestise, dan pendidikan. Ia mengemukakan enam macam tingkatan status :
Upper-upper, contohnya orang kaya karena warisan atau turunan.
a)      Lower-upper, kaya karena hasil usaha.
b)      Upper-middle, ahli-ahli terdidik dan pengasahan yang berpendidikan tinggi.
c)      Lower-middle, golongan pekerja halus (white color) seperti sekretaris.
d)     Upper-lower, yaitu pekerjaan kasar (blue color) dengan status tetap.
e)      Lower-lower, orang orang miskin yang tidak memiliki pekerjaan tetap.
·         Teori Struktur
        Treiman mengambil kesimpulan dari penelitiannya bahwa masyarakat yang berlain-lainan tidak ada perbedaan dalam penyusunan tingkatan prestise pekerjaan. Dalil yang dikemukakan adalah :
a)      Setiap masyarakat mempunyai kebutuhan yang sama, karena ada pembagian kerja yang sama.
b)      Pembagian kerja yang terspesialisasi cenderung melahirkan perbedaan penguasaan akan sumber-sumber yang langka (keterampilan, kekuasaan, dan kekayaan.
c)      Orang yang memiliki kedudukan penting mempunyai kesempatan yang baik untuk lebih maju di samping memperoleh penghargaan yang baik.
d)     Kekuasaan dan kesempatan yang baik dinilai tinggi dalam setiap masyarakat, kekuasaan dan kesempatan mendapat penghargaan tinggi di setiap masyarakat (di dunia).

        Beberapa karakteristik pelapisan sosial menurut Robin William untuk mengetahui proses-proses stratifikasi dalam masyarakat adalah :
1)      Sistem pelapisan sosial berpokok pada sistem perbedaan atau pertentangan dalam masyarakat.
2)      Pelapisan sosial dapat diamati dalam pengertian berikut :
a. distribusi hak-hak istimewa
b. sistem hierarki
3)      Kriteria sistem-sistem pertentangan.
4)      Lambang kedudukan jabatan.
5)      Mudah tidaknya mobilitas sosial.
6)      Solidaritas

   2. Pranata Sosial Budaya

        Kata “pranata” diambil dari Bahasa Inggris yaitu “social institution”, yang oleh para ahli ilmu sosial di Indonesia diartikan secara berbeda-beda. Soemarjan dan Soemardi (1964) mengartikannya sebagai “Lembaga Kemasyarakatan”, Abdul Syani (1994) mengartikannya sebagai “Lembaga Sosial”, dan Koentjaraningrat mengartikannya sebagai “pranata sosial” dan “bangunan sosial”. Dalam bahasan ini istilah yang akan digunakan adalah “pranata sosial”.
        Secara definitif Kontjaraningrat mengemukakan bahwa pranata sosial ialah suatu sistem tata kelakuan dan hubungan yang berpusat pada aktivitas-aktivitas untuk memenuhi kompleks-kompleks kebutuhan khusus dalam kehidupan masyarakat.
        Pranata sosial dalam pengertian ilmu sosial tidaklah sama persis dengan istilah lembaga dalam arti wadah atau badan. Pranata sosial pada daswarnya bermula dari adanya kebutuhan-kebutuhan manusia yang perlu dipenuhi. Pemenuhan kebutuhan tersebut perlu dalam keteraturan, sehingga akhirnya diperlukan adanya norma yang menjamin keteraturan tersebut. Norma-norma tersebut akhirnya berkembang menjadi pranata sosial yang pada dasarnya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia.
        Pranata sosial yang dibentuk oleh manusia tidak lain tujuannya ialah untuk memenuhi kebutuhannya yang sangat kompleks. Oleh karena itu, pranata sosial mempunyai fungsi berikut:
1)      Memberi pedoman kepada anggota masyarakat bagaimana seharusnya bertingkah laku atau bersikap dalam menghadapi masalah dalam masyarakat yang bersangkutan.
2)      Menjaga kebutuhan dari masyarakat yang bersangkutan.
3)      Memberikan pegangan kepada masyarakat untuk mengadakan sistem pengendalian sosial, yaitu sistem pengawasan masyarakat terhadap tingkah laku para anggotanya.

   3. Proses Sosial Budaya

        Menurut A.L Kroeber dan C. Kluckhohn banyak definisi tentang kebudayaan yang dikumpulkan dalam sebuah buku yang berjudul Culture: A Critical Review of Concepts and Definitionts (1952). Kata kebudayaan atau culture berasal dari kata Sansekerta “budayah” yaitu budi atau akal. Dengan demikian, kebudayaan dapat diartikan hal-hal yang bersangkutan dengan akal. Adapun sarjana yang mengupas kata budaya sebagai suatu perkembangan dari majemuk “budi-daya” yang berarti daya dan budi. Karena itu, mereka membedakan “budaya” dan “kebudayaan”. Budaya adalah “daya dari budi” yang berupa cipta, karsa, dan rasa itu. Sedangkan “kebudayaan” adalah hasil dari cipta, karsa, dan rasa itu. Dalam istilah antropologi budaya, perbedaan itu ditiadakan Kata “budaya” di sini hanya dipakai sebagai suatu singkatan saja dari “kebudayaan” dengan arti yang sama.
        Dari beberapa definisi kebudayaan dan arti kata secara etimologis dapat diambil suatu kesimpulan bahwa kebudayaan adalah segala daya cipta, rasa dan karsa manusia dalam mengolah lingkungan, baik fisik maupun sosial agar menjadi sesuatu yang berguna dan bermanfaat serta menyenangkan secara lahir maupun batin.
        Kebudayaan telah melembaga di suatu masyarakat perlu disosialisasikan kepada warga masyarakat baik secara horizontal maupun vertikal. Secara horizontal adalah penyebar luasan kebudayaan antara anggota masyarakat yang satu kepada anggota masyarakat yang lain. Sedangkan secara vertikal adalah proses sosialisasi kebudayaan dari orang tua kepada anaknya. Proses sosialisasi budaya ini ada yang dinamakan assimilasi dan akulturasi.
        Assimilasi adalah suatu proses sosial, dimana ada dua golongan manusia dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda, saling bergaul secara intensif dalam waktu yang lama sehingga kebudayaan golongan-golongan tadi masing-masing berubah sifatnya yang khas, dan juga unsur-unsurnya masing-masing berubah wujud menjadi unsur-unsur kebudayaan campuran. Biasanya golongan yang tersangkut dalam proses assimilasi adalah suatu golongan mayoritas dan beberapa golongan minoritas. Dalam hal ini golongan minoritas itulah yang mengubah sifat-sifatnya yang khas dari unsur-unsur kebudayaannya, dan menyesuaikan diri dengan kebudayaan dari mayoritas sedemikian rupa, sehingga lambat laun kehilangan kepribadian kebudayaannya dan masuk ke dalam kebudayaan mayoritas.
        Sedangkan akulturasi dimana suatu kelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing dengan sedemikian rupa, sehingga unsur-unsur dari kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah dalam kebudayaan sendiri, tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri (Koentjaraningrat,1990:248).

C. Interaksi Individu dan Masyarakat

        Interaksi terdiri dari kata inter dan action. Secara bahasa inter berarti antar atau saling dan action yaitu tindakan. Secara etimologi interaksi adalah hubungan timbal balik antar sesama. Kata interaksi selalu menyatu dengan kata sosial. Sosial berasal dari bahasa latin socius artinya segala sesuatu yang lahir, tumbuh, berkembang dalam kehidupan bersama. Maka interaksi sosial merupakan hubungan timbal balik antara individ dengan individu lainnya, individu dengan kelompok, maupun kelompok dengan kelompok. Oleh karena itu, manusia pasti membutuhkan bantuan orang lain untuk mempertahankan hidupnya. Mustahil jika manusia bisa hidup sendirian di dunia ini.
        Pola interaksi individu dengan masyarakat dapat dibagi ke dalam tiga macam, yaitu :
a)      Pola interaksi individu dengan individu → dimana yang berhubungan secara langsung adalah antar individu dan keduanya saling mempengaruhi. Misalnya seorang guru yang sedang berbicara terhadap salah satu muridnya.
b)      Pola interaksi individu dengan kelompok → dimana yang sedang melakukan hubungan langsung adalah seorang individu dengan kelompok masyarakat tertentu. Misalnya seseorang yang sedang menyampaikan gagasannya kepada seluruh kelompok tertentu.
c)      Pola interaksi antara kelompok dengan kelompok → dimana yang sedang berhubungan langsung adalah kelompok yang satu dengan kelompok yang lain. Misalnya, dalam sebuah rapat desa yang terdiri dari beberapa kampung, maka yang menyampaikan gagasannya dalam rapat tersebut adalah para wakil dari masyarakat kampung yang ada di desa tersebut.
Menurut Charles P.Loomis, ciri-ciri interaksi sosial adalah :
1)      Jumlah pelaku lebih dari satu orang.
2)      Komunikasi antarpelaku menggunakan symbol atau lambang.
3)      Ada dimensi waktu.
4)      Ada tujuan yang hendak dicapai.
Syarat terjadinya interaksi sosial menurut Soerjono Soekanto :
a)      Kontak sosial, yang memiliki sifat-sifat :
·         Bersifat positif jika menghasilkan kerja sama, dan negatif jika menghasilkan pertikaian.
·         Bersifat primer jika pelaku interaksi bertatap muka secara langsung, dan sekunder jika melalui suatu perantara.
b)      Komunikasi, yang memiliki komponen-komponen berikut :
·         Komunikator artinya penyampaian pesan
·         Komunikan artinya penerima pesan
·         Pesan artinya segala sesuatu yang disampaikan komunikator
·         Media artinya sarana untuk menyampaikan pesan
·         Efek artinya perubahan yang terjadi pada komunikan setelah mendapat pesan dari komunikator.
Faktor yang mendasari terjadinya interaksi sosial:
a)      Dari dalam diri manusia :
·         Dorongan kodrati sebagai makhluk sosial
·         Dorongan untuk memenuhi kebutuhan
·         Dorongan untuk mengembangkan diri
b)      Faktor dari luar :
·         Imitasi adalah proses sosial untuk meniru orang lain melalui sikap, penampilan, gaya hidupnya, dll.
·         Identifikasi adalah upaya seseorang untuk menjadi sama dengan orang yang ditirunya.
·         Sugesti artinya pengaruh, rangsangan, atau stimulus yang diberikan seseorang kepada orang lain.
·         Motivasi adalah pengaruh dan rangsangan dari orang lain yang bersifat positif.
·         Simpati adalah dimana seorang individu merasa tertarik terhadap seseorang karena penampilannya, sikapnya, dll.
·         Empati mirip seperti simpati hanya saja diikuti dengan perasaan yang sangat dalam.
Bentuk-bentuk Interaksi Sosial :
1)      Assosiatif
        Merupakan proses sosial berupa persatuan atau integrasi sosial sehingga terbentuknya pranata, lembaga, ataupun organisasi sosial. Kondisi yang nampak dalam bentuk assosiatif adalah keseluruhan anggota kelompok berkemauan untuk tetap pada kelompoknya, seolah-olah satu sama lain saling terkait. Yang termasuk ke dalam assosiatif adalah:
a.       Kerjasama
Kerjasama adalah usaha bersama antara individu dengan individu lainnya, antar individu dengan kelompok,  atau kelompok dengan kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Kerjasama menuntut adanya pembagian kerja dan keadilan. Ditinjau dari segi pelaksanaannya, ada berbagai bentuk kerjasama :
·         Kerukunantolong menolong dan gotong royong seperti kerja bakti.
·         Bergaining → perjanjian pertukaran barang/jasa antara dua organisasi atau lebih.
·         Koalisikombinasi antara dua organisasi atau lebih yang mempunyai tujuan sama.
·         Kooptasi → proses penerimaan unsur-unsur baru dalam kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam suatu organisasi sebagai salah satu cara menjaga stabilitas dan menghindari kegoncangan.
·         Joint venturekerja sama dalam pengusahaan proyek-proyek tertentu.
b.      Akomodasi
Akomodasi berasal dari kata accommodation yang berarti penyesuain diri. Secara luas, akomodasi adalah suatu bentuk proses sosial yang di dalamnya dua atau lebih individu atau kelompok berusaha saling menyesuaikan diri, tidak saling mengganggu dengan cara mencegah, mengurangi atau menghentikan ketegangan yang akan timbul atau yang sudah ada sehingga tercapai kestabilan. Tujuan akomodasi adalah :
·         Mengurangi pertentangan
·         Mencegah meledaknya pertentangan untuk sementara waktu
·         Memungkinkan terjadinya kerja sama
·         Mengusahakan peleburan antara kelompok sosial yang terpisah
Bentuk-bentuk akomodasi adalah:
·         Koersiprosesnya melalui paksaan atau fisik maupun psikologis.
·         Kompromiterjadi karena pihak yang bersengketa saling mengurangi tuntutannya agar tercapai kesepakatan.
·         Arbitrasimenggunakan jasa pihak ketiga yang ditunjuk oleh pihak berwenang.
·         Mediasipihak ketiga netral tidak bisa memutuskan hanya bisa mengusahakan dengan jalan damai tapi tidak mempunyai wewenang untuk menyelesaikan masalah.
·         Konsiliasiusaha untuk mempertemukan dari pihak yang berselisih agar mencapai mufakat.
·         Adjudikasicara menyelesaikan perkara melalui pengadilan.
·         Gencatan sejatapenangguhan permusuhan pada waktu tertentu karena menunggu jalan keluar yang baik.
·         Toleransi
c.       Asimilasi
Adalah perpaduan dari kedua kebudayaan atau lebih melebur menjadi satu-satunya yang homogen. Asimilasi hanya terdapat diantara orang-orang atau golongan yang datang dari berbagai kebudayaan yang berbeda. Contohnya kebudayaan Arab dengan Indonesia.
d.      Akulturasi
Adalah hasil perpaduan dua kebudayaan berbeda yang membentuk suatu kebuayaan baru dengan tidak menghilangkan ciri-ciri kebudayaan masing-masing.
2)      Dissosiatif
        Adalah suatu proses atau bentuk interaksi sosial yang memisahkan. Kondisi yang nampak pada dissosiatif adalah apabila anggota kelompok satu sama lain tidak terjadi hubungan lagi atau tidak saling terkait. Yang termasuk ke dalam bentuk dissosiatif adalah:
a.       Persaingan atau Kompetisi
Persaingan atau kompetisi merupakan usaha yang disengaja untuk menentang kehendak orang lain dan tidak mengandung paksaan. Persaingan diatur oleh norma-norma moral. Contohnya dalam pertandingan olah raga, melamar pegawai negeri, berusaha mencari kekayaan, dll.
b.      Kontavensi
Adalah proses sosial yang berada pada persaingan dan pertentangan. Kontavensi ini bersifat rahasia. Kemudian lawan tidak diserang secara fisik melainkan secara psikologis sehingga ia tidak tenang.
c.       Konflik
Adalah usaha yang sengaja menantang, melawan, memaksa kehendak kepada orang lain yang timbul dari adanya bertentangan terutama kepentingan ekonomi atau perebutan kekuasaan. Dipandang dari segi terjadinya, ada dua macam konflik:
·         Corporate conflict terjadi antara grup dengan grup dalam satu masyarakat.
·         Personal conflict terjadi antara individu dengan individu. Biasanya disebabkan oleh soal-soal kekuasaan, kekayaan, dll.

MAKALAH INTERAKSI SOSIAL