Tari Piring
Fenomena
budaya yang ada pada tari piring ialah ragam kebersamaan, kesatuan dan gotong
royong yang diekspresikan melalui bentuk gerakan. Ciri khas dari tarian ini
ketika fenomena kuliner di negeri ini yaitu adanya nasi padang. Para pelayan
yang membawa pesanan nasi padang dibawa menggunakan tangan dengan banyaknya
piring. Lalu dijadikanlah tari piring. Namun ada juga latar belakang adanya
tarian ini adalah ketika ritual sebelum panen hasil bumi, bentuk perjuangan
untuk mencapai kemerdekaan pada masa agresi Belanda, dominan menggambarkan
proses pertanian yang masyarakat lakukan saat itu.
Nilai
kebudayaan ada pada bentuk tarian – tarian yang menunjukkan kegiatan menanam
padi. Begitupun dengan kostum dan tata rias yang digunakan para penari. Selain
hal intern, hal ekstern pun mampu menambah nilai seni budaya dalam wujud tarian
piring.
Kaitannya
di SD, tarian ini memberikan pengetahuan, sikap, dan keterampilan bagi siswa.
Siswa pun dibimbing untuk menerima keberagaman budaya melalui tarian. Untuk
tari piring ini dapat memberikan ilmu untuk siswa perihal kegiatan bercocok
tanam dan kegiatan lainnya. Terlihat dari berbagai jenis gerakan yakni gerak
pasambahan, gerak singajuo lalai, gerak menyemai, gerak mencabut benih,
bertanam, menyabit padi dll. Perihal pembentukan sikap pada siswa bisa
didapatkan ketika pengambilan keputusan saat melakukan gerakan tarian. Anak
dituntut untuk bisa mahil menggerakan tarian, meskipun anak sebelumnya tidak
bisa bahkan hingga menyerah. Kaitannya aspek keterampilan dapat memunculkan
skill siswa melalui keahliannya dalam menari.
Tari Papua
Fenomena
budaya pada tarian ini mencerminkan keberagaman budaya berupa pemahaman,
olahraga (memanah), dan berburu. Ritme gerakan tarian sesuai dengan ritme musik
sehingga terjadinya keserasian dan keselarasan dalam menuangkan sebuah seni. Selain hal itu, dalam tarian ini lebih banyak
menuangkan kearifan lokal kehidupan manusia pada zaman dahulu yang masih minim
alat dan teknologi untuk memenuhi kebutuhan. Hal ini dijadikan sebuah tarian
papua yang nadanya atau gerakannya sangat semangat karena memang disesuaikan
dengan kerja keras pada zaman dahulu.
Nilai
budaya yang dapat diambil dari tarian ini adalah nilai magis. Yang berarti
masyarakat mempercayai bahwa di dalam suatu benda terdapat kekuatan dan
kelemahan yang tersembunyi. Mereka juga percaya bahwa api memiliki suatu
kekuatan yang dapat menghidupkan manusia.
Jika
dikaitkan dalam pendidikan di SD, dapat membuat keterampilan atau skill siswa
menjadi lebih baik dalam tarian. Terutama mengenai sejarah pada masa dahulu.
Selain gerakan, siswa pun dibekali dengan ilmu pengetahuan di balik unik dan
khasnya tarian tersebut. Diharapkan dapat membuat siswa menjadi lebih aktif dan
inovatif.
Tarian di Bali
Tari
kecak di Bali menunjukkan tarian dalam upacara Panca Yajna atau dapat juga
sebagai hiburan. Tarian ini berfungsi sebagai sarana pengusir penyakit dan
sebagai pelindung masyarakat Bali dari ancaman kejahatan. Fenomena dalam tarian
ini diwujudkan untuk memperkuat kekentalan budaya lokal melalui gerakan tarian
yang menunjukkan kegiatan sehari – hari masyarakat Bali.
Nilai
kebudayaan dalam tarian ini terdapat nikai religi, estetika, dan moral. Nilai
religi terkandung dalam tarian ini untuk memanggil dewi dalam mengusir penyakit
dan pelindung kejahatan. Dalam nilai estetika, tarian ini dipandang sebagai
keindahan gerakan melalui kekompakan semua penarinya. Begitu pun dengan kostum
serta make up atau tata rias dan aksesoris yang digunakan penari. Nilai moral
terwujud dari adegan – adegan tari kecak yang mengambil kisah Ramayana. Seperti
kesetiaan Shinta pada Rama dan keramahan Burung Garuda ketika menolong Shinta.
Kaitannya
dengan pendidikan di SD, siswa dapat mendapatkan aspek pengetahuannya berupa
makna cerita yang ada dalam tarian. Keberagaman tarian dapat disesuaikan dengan
keberagaman karakteristik siswa di SD. Dapat pula mengajarkan anak tentang
kesatuan dan persatuan dalam tarian
Tarian di Jawa Barat (Jaipong)
Fenomena
tarian di Jawa Barat (Jaipong) erat kaitannya dengan ciri khas dari orang Jawa
Barat itu sendiri. Terkenal dengan suku sunda yang memiliki sikap lemah lembut,
ramah, dan ayu. Dengan tarian yang lemah gemulai menandakan rasa selamat datang
bagi siapa saja yang melihatnya. Ini berarti bahwa ucapan selamat datang ini
menyambut kedatangan orang lain ke dalam budaya sunda.
Nilai
kebudayaan yang ada dalam tarian ini adalah nilai moral dan estetika. Di dalam
gerakan tarian di Jawa Barat lebih dominan gerakan pinggul. Ini bermaksud bahwa
masyarakat sunda lebih banyak bisa memikat perhatian orang lain.
Kaitannya
dengan pendidikan di SD, diharapkan siswa dapat memiliki sikap yang dapat
menghargai orang lain, dapat diterima di lingkungan manapun, ramah kepada siapa
pun, bersikap lemah lembut, dan mampu berbicara sopan di kehidupan masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar