Jumat, 08 Mei 2020

Kedwibahasaan Pada Anak SD


Tesis

Anak sekolah dasar berada pada rentan usia 7 – 12 tahun. Di usia tersebut anak berada pada fase perkembangan operasional konkret. Pada aspek bahasa, anak sekolah dasar awal sudah menguasai sekitar 2.500 kata. Sedangkan di akhir sekolah dasar telah memiliki 10.000 pembendaharaan kata. Dengan kata lain, anak telah pandai membaca, mendengarkan, berkomunikasi dengan orang lain. Hal ini pun membuat anak lebih banyak bertanya ketika seseorang membacakan sebuah cerita. Terlebih menanyakan perihal waktu dan sebab akibat. Dalam hal ini kegiatan berfikir anak menjadi lebih maju dan terasah. Mereka telah matang untuk berbicara dan kebanyakan mempelajari bahasa orang lain dengan meniru ucapan yang didengar. Didukung oleh guru di sekolah memberikan pembendaharaan kata lebih banyak lagi dalam mata pelajaran bahasa. Dengan demikian, anak dapat menggunakan bahasa sebagai alat untuk berkomunikasi, menyatakan pendapat, menuangkan ide, mendapatkan informasi, dan mengembangkan kepribadiannya.
Anak telah mempelajari dua bahasa sekaligus, diantaranya bahasa ibu dan bahasa Indonesia. Bahasa ibu diperolah anak dari ibunya dalam lingkungan keluarga. Bahasa ini bisa disebut sebagai bahasa daerah setempat dari seorang ibu kepada anaknya. Dengan demikian, anak akan menggunakan bahasa ibu di lingkungan keluarga dan masyarakat. Bahasa Indonesia diperoleh anak dari lingkungan sekolah diajarkan oleh seorang guru dalam suatu mata pelajaran. Bahasa Indonesia menjadi bahasa nasional untuk berkomunikasi satu sama lain dan mengatasi perbedaan bahasa ibu. Kedwibahasaan diperoleh anak sebagai pengetahuan dan keterampilan untuk komunikasi. Sehingga, anak akan mengerti kapan menggunakan bahasa Indonesia dan kapan menggunakan bahasa daerah.

Argumen

Oksarr berpendapat bahwa kedwibahasaan mengharuskan untuk dimiliki oleh kelompok bukan individu, contohnya Belgia mewajibkan terampil berbahasa Belanda dan Perancis sebagai bahasa nasionalnya. Lantas bagaimanakah dengan Indonesia? Apakah Indonesia memperbolehkan adanya kedwibahasaan? Meskipun demikian, kedwibahasaan di sini menunjukkan penggunaan dua bahasa oleh seseorang baik dalam bahasa formal maupun non formal. Padahal, sebenarnya seseorang bisa saja memiliki lebih dari satu atau dua bahasa tergantung dari individunya masing – masing. Namun dengan adanya satu bahasa nasional saja itu pun sudah cukup sebagai alat komunikasi atar daerah.

Rekomendasi

Peran guru dalam mengatasi kedwibahasaan siswa dengan menetralkan sikap guru dan mengambil tindakan positif terhadap masing – masing bahasa. Guru hendaknya dapat memberikan arahan dan pemahaman kepada siswa dalam penggunaan dwibahasa. Masing – masing bahasa memiliki tempat atau koridornya tersendiri. Bahasa ibu dijadikan sebagai alat komunikasi di lingkungan keluarga dan masyarakat. Bahasa Indonesia dijadikan sebagai alat komunikasi di berbagai daerah. Keduanya memiliki peran, manfaat, kegunaan berbeda. Guru harus dapat menyeimbangkan kedwibahasaan dan mengetahui proporsi penggunaan keduanya. Baiknya dalam kegiatan resmi/formal siswa menggunakan bahasa Indonesia, dan sebaliknya. Meskipun terdapat kegunaan dan fungsi lain dalam penggunaan bahasa Indonesia. Serta guru pun wajib memberikan pengetahuan terhadap masing – masing bahasa, seperti pembendaharaan kata, penggunaan kata, aturan – aturan bahasa, dll. Sehingga siswa dapat menggunakan kedwibahasaan semaksimal mungkin sesuai kebutuhan dan tentunya menciptakan berbagai ide/karya atas pengetahuan bahasa tersebut.
Pemilihan bahan ajar untuk mengajarkan bahasa Indonesia terbilang cukup variatif. Terdapat bahan ajar berupa buku teks, cerita, sejarah, karya sastra, dan video pembelajaran. Di dalam teks bacaan anak dapat mempelajari berbagai pembendaharaan kata baik berupa makna denotasi maupun konotasi. Pemilihan diksi karya sastra pun membuat anak tertarik dan akan mencari lebih jauh arti dari diksi tersebut. Segala bentuk bahan ajar dikemas guru menjadi lebih variatif dan menarik sehingga anak akan senang mempelajari bahasa.
Penilaian pada siswa SD dilakukan berdasarkan penilaian dari berbagai aspek. Penilaian ini termasuk ke dalam penilaian otentik dengan rubrik penilaian dari aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Jadi, biasanya guru hanya mengukur tingkat kognitif siswa untuk dijadikan penilaian. Tetapi sebenarnya ada aspek lain untuk dinilai. Ketiga aspek ini melengkapi seluruh tindakan dan kegiatan siswa selama belajar. Penilaian aspek afektif dan psikomotor juga sangat penting untuk dinilai untuk mengetahui segala perkembangan siswa. Serta penilaian dilakukan berdasarkan fakta lapangan, akurat, dan asli dengan tindakan dan kegiatan siswa. Meskipun penilaian hanya sebagai penunjang administrasi.
Maka, rekomendasi saya terhadap kedwibahasaan diantaranya siswa dapat menggunakan kedua bahasa tepat pada posisi, tempat, dan kegunaan secara tepat dengan memperhatikan kedudukan dan fungsi sebuah bahasa. Dengan demikian, kedua bahasa dapat berjalan mengalir di kehidupan siswa dengan memiliki perannya masing – masing. Tidak ada salahnya mempelajari bahasa lain, baik bahasa daerah lain atau bahasa negara lain, karena dapat memperkaya pengetahuan dan pembendaharaan bahasa. Hanya saja kita wajib mengetahui proporsinya masing – masing. Namun tetaplah junjung bahasa nasional kita semua bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan NKRI.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MAKALAH INTERAKSI SOSIAL