Minggu, 09 Februari 2020

Pengalaman Observasi di SD Luar Biasa Kota Tasikmalaya


The Warmth
Oleh Sri Dwiyanti


Kegiatanku selama 3 hari di salah satu SLB Kota Tasikmalaya sangat
mengesankan. Ada banyak pengalaman dan ilmu yang didapat di sana. Segala
bentuk pengalaman mengajar di sana benar – benar jauh dari ekspektasi.
Para muridnya yang hangat, guru yang menerima saya dengan gembira, juga
keadaan sekolah yang mendukung. Pertama kali menginjakkan kaki di
sekolah ini benar – benar beda dengan lingkungan sekolah pada umumnya.
Di sini lebih terlihat asri, bersih, kondusif, dan hangat. Mengapa bisa hangat?
Ya karena di sini saya merasakan sesuatu yang tidak bisa di dapat dari
sekolah biasa. Dengan hati yang terbuka, mereka pun menyambut saya
semua dengan senyuman.

Suatu keterbatasan tidaklah menjadi penghalang bagi seseorang.
Kekurangan bisa membuat kita menjadi kuat dan istimewa dari orang lain.
Tuna rungu, sebutan bagi seseorang yang memiliki keterbatasan dalam
pendengarannya. Namun, karena mereka tidak bisa mendengar, maka
mulutnya pun tidak bisa berkomunikasi dengan baik sebagai dampak dari
pendengaran yang terbatas. Kini saya telah mengetahui, mereka kurang
dalam pendengaran namun tajam dalam penglihatan. Segala apa yang mereka
lihat dapat dituruti jauh lebih baik dari apa yang dicontohkan. Oleh sebab
itu, mereka lihai dalam melukis, menggambar, dll. Pernah ada salah satu di
antara mereka yang menjuarai lomba make up tingkat kab/kota. Memang di
dunia ini tidak ada yang sempurna. Optimislah terhadap apa yang telah
Tuhan berikan kepada kita sehingga kita bisa memanfaatkan jauh lebih baik.

Di dalam kelas, ketika mengajarkan mereka materi, harus disertai
dengan kesabaran. Metode yang benar - benar membuat saya harus belajar
kembali cara berkomunikasi dengan mereka. Terlebih dihadapkan pada
siswa tuna rungu. Saya belajar bahasa isyarat, memahami perilaku mereka,
kebiasaan mereka, dan karakter mereka agar saya bisa dengan mudah
masuk ke dalam kehidupan mereka dan berteman baik. Di kelas, hal yang
paling sulit ialah menstabilkan fokus mereka terhadap pembelajaran. Tak
jarang mereka selalu menorah ke belakang melihat siswa lain di sekitaran
kelas. Fokus mereka memang terganggu karena di dalam satu ruangan
terdiri dari tingkatan kelas. Sehingga pada akhirnya guru harus terampil
mengembalikan kondusifitas kelas. Pembelajaran yang diberikan pun dibuat
dengan sesederhana mungkin agar mereka mudah memahami materi.
Namun itu tak menjadi penghalang mereka untuk belajar. Segala kekurangan
mereka jadikan semangat yang besar dalam belajar.

Di dalam di sekolah, mereka layaknya seperti kita. Mereka berbaur,
bercanda tawa, bermain, ngobrol, dll. Sekolah ini jadi tempat mereka untuk
bertemu teman yang bernasib sama. Setidaknya di dalam sekolah ini mereka
sejenak melupakan keterbatasan mereka. Mereka bisa dengan asyik bermain
bersama teman. Waktu istirahat mereka pun sama berbondong – bondong
ke luar ruangan untuk sekedar membeli makanan atau bermain. Ada
sekumpulan anak yang sengaja pergi membeli makanan ke samping sekolah
tersebut. Dan mereka nampak biasa saja. Tidak ada apapun yang
menghalanginya. Warga pun menerima anak – anak dengan lapang dada
sepenuh hati.

Saat mereka ada di hadapan kita, tidak usah untuk takut. Mereka
sama seperti kita yang juga membutuhkan arahan dan bimbingan. Mungkin
memang cara yang dilakukan agak sedikit berbeda. Di sanalah bentuk
keistimewaan seorang guru yang mampu beradaptasi dengan baik.
Membimbing mereka bukanlah hal yang mudah, dan bukan hal yang sulit
pula. Berikan apa yang mereka mau dengan sewajarnya. Berilah mereka
pengertian apabila apa yang mereka lakukan kurang sesuai. Karena apa yang
kita ucapkan jangan sampai membuat hati mereka sakit. Lantas, tidak ada
yang salah dengan kekurangan, hanya saja kita wajib tahu pengarahan dan
bimbingan yang layak.

Pengarahan dan bimbingan diberikan dengan sangat hati – hati dan
selalu memperhatikan mereka dengan menyiapkan segala bentuk hal/barang
sebagai solusi jika nantinya ada hal yang membuat mereka bersikap tidak
buruk/keadaan psikis lainnya. Guru wali kelas pernah berbicara, memang
dulu pernah ada siswa yang menangis terus menerus dan tidak bisa
diberhentikan. Sontak guru harus siap sedia dengan berbagai ancaman dan
masalah yang terjadi.

Siang hari kala itu, kami seangkatan duduk di ruangan aula yang tidak
cukup besar. Sebagian anak – anak melirik di balik jendela, sebagian lagi ada
yang masuk ke dalam ruangan dan melihat sekitar. Yaa di sana saya sedang
mengikuti arahan dari guru tentang segala macam perihal sekolah tersebut.
Melakukan tanya jawab, mendengarkan sekilas tentang informasi sekolah,
asal – usul sekolah, dll. Di akhir acara tersebut, kami disuguhkan dengan
sebuah tampilan yang memukau dari para guru di sekolah luar biasa ini.
Dihadapkannya 5 orang guru di depan kami semua. Terdengar suara
instrument lagu mulai dimainkan di balik spiker. Ternyata tangan para guru
bermain membentuk bahasa isyarat sebuah lagu. Kami bernyanyi sambil
takjub melihatnya. Ibu Pertiwi, lagu yang mereka tampilkan kepada kami
semua. Banyak di antara kami yang merekam momen seperti ini, ada pula
yang bernyanyi, ada pun yang ikut memeragakan. Hal yang jarang bagi saya,
ini merupakan suatu hal yang sangat memukau. Sederhana namun bermakna.
Begitulah jika harus diucapkan dengan kata – kata.

Tidak hanya kebahagiaan, takjub, senang, bersyukur yang saya
dapatkan dari sana. Tapi ada hal menarik yang bisa saya dapatkan. Ekspektasi
saya jauh berbeda dengan fakta di lapangan. Ternyata kehidupan mereka
sangat istimewa. Cara berkomunikasi, berteman, belajar, bersosialisasi
sangatlah jauh lebih baik. Kehangatan yang saya rasakan ketika berada di
sana. Mereka memeluk hangat ketika saya berada di dekatnya dan bertanya
sedikit informasi pribadi. Jika dibandingkan dengan orang biasa, kita bahkan
dengan teman yang dikenal ketika berpapasan tidak saling sapa, tidak saling
senyum, apalagi dengan orang yang baru dikenal? Tapi di sini beda, jauh
berbeda. Tidak ada kekurangan, tidak ada keterbatasan, yang ada hanyalah
kita sama – sama makhluk ciptaan-Nya yang sama – sama berhak
mendapatkan pendidikan yang layak.

Hari terus beganti. Setiap pagi selama 3 hari saya sudah standby di
sana. Penuh riang gembira acap kali menginjakkan kaki di tempat ini.
Meskipun mereka memiliki keterbatasan, itu tidak menyurutkan hati mereka
untuk selalu bahagia. Respon mereka dengan hati terbuka sangat menerima
saya. Mereka mudah akrab dan bersosialisasi baik. Saya bahkan merasa malu
dengan sikap egois yang biasanya saya lakukan. Tapi mereka tidak, benar –
benar menerima saya sepenuh hati.

Satu kata yang sering saya ucapkan, katakan, dan sebarkan.
Bersyukur. Yaa bersyukur atas segala yang telah Tuhan berikan kepada kita.
Kadang kita merasa kurang dengan apa yang ada. Tetapi sebenarnya ada
orang lain yang jauh berbeda dengan kita. Yaa untuk menyadarkan arti
bersyukur bisa dengan mengunjungi tempat ini. Karena banyak dari kita
yang tidak bisa menerima atas takdir ini dan menginginkan sesuatu yang
lebih. Menghela nafas, istigfar, dan bersyukur itu cukup menjadi sikap
andalan ketika saya berada di sana. Tidak banyak berbicara memang. Karena
lebih banyak untuk bersyukur.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MAKALAH INTERAKSI SOSIAL